16 November 2012
Send message Facebook.
"Hai Silvi, apa kabar ?
Baik baik aja kan ?
Salam buat mamah yah, udah lama aku ga mampir kesitu..
Oiya, masih inget ga hari ini tepat 3 tahun yang lalu ada kejadian apa ?
Aku harap sih kamu tetap inget itu, hhehe"
Tak lama kemudian muncul balasan dari Silvi, "wah ternyata dia sedang online juga"
"Hai juga Rico, alhamdulillah baik,
Iyah nih kebetulan bgt td mamah juga tiba2 nanyain tuh,
Katanya "udah lama ya Rico ga main2 kesini"
Aku masih inget koq ada kejadian apa,
Hmm.. Tp kamu inget juga kan Desember 2 tahun lalu ada kejadian apa ?"
Glek. Balasan dari Silvi membuatku tersedak.
Aku masih membayangkan kejadian 3 tahun lalu, saat pertama kali aku menyatakan cinta, masih terekam jelas di benakku. Malam itu kami menghabiskan waktu berdua di atas motor bututku, motor yang dibeli ibu dari guru SD ku saat aku masuk SMP, Honda Astrea Star keluaran tahun '86. Kami menghabiskan malam saat itu dengan berkeliling kota, menikmati indahnya kelap kelip lampu, menyusuri tiap sudut kota, kami hanyut dalam canda dan tawa.
Setelah puas berkeliling aku mengantarnya pulang, sampai di depan rumah, aku dan Silvi duduk di teras depan rumahnya. Saat itu adalah saat yang paling mendebarkan. Tanganku tiba-tiba berkeringat, mulutku seolah terkunci rapat dan kuncinya di buang tak tahu kemana, sehingga tak sepatah kata pun mampu keluar dari mulutku. Aku mencoba mengumpulkan keberanianku yang telah melarikan diri sejak tadi. "Hmmm, kamu lagi apa?" Entah dari mana asalnya pertanyaan bodoh itu bisa muncul dari mulutku, mungkin efek dari kepanikanku. Dia hanya tersenyum dan berkata "kenapa sih, kok tiba-tiba grogi gitu ?"
"Sebenarnya aku, hmm.. Aku.."
"Apaan sih? Ngomongnya yang jelas dong Ric"
"Hmm.. Sebenernya aku suka sama kamu Vi"
"..."
"Aku sayang sama kamu, dan aku ingin km jadi pacar aku, kamu mau kan ?"
Aku bertanya seperti itu seolah sudah tahu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Silvi. Karena kami memang sudah lama menjalani hubungan tanpa status yang jelas. Dan tanpa ragu Silvi langsung menjawab.
"Iyah Ric, aku mau banget, udah lama aku nunggu kamu ngomong, dan akhirnya hari yg aku tunggu-tunggu tiba juga, aku seneng banget Ric"
"Beneran kamu mau terima aku ?? Makasih yah Vi, aku sayang kamu"
Spontan aku langsung memeluk tubuh Silvi, dan ternyata Silvi pun tak menolak.
Memori itu masih terekam jelas di otakku, dan aku pun tahu dia pasti juga begitu. Sayang hubungan kami tak bertahan lama, hanya sampai 12 Desember 2010 kami menghabiskan waktu bersama. Setelah itu Silvi berpindah ke lain hati. Padahal aku tahu sebenarnya dia masih ada rasa untukku, dia masih memikirkan aku, aku tahu itu dari setiap sms sapaannya tiap pagi, aku tahu itu dari nada khawatirnya saat menanyakan kabarku kepada ibu beberapa bulan lalu saat aku tertimpa musibah. Semua itu masih kuingat dengan jelas, tak lewat sedikitpun.
Sampai saat inipun kami masih berhubungan, meskipun tak sesering dulu dan hanya lewat message Facebook, karena saat ini akupun telah memiliki kekasih yang aku sayangi. Tapi entah kenapa bayangan tentangnya masih saja memenuhi pikiranku, aku sayang Erina, tapi aku juga belum bisa melupakan Silvi.
Kemudian aku membalas message Facebooknya
"Alhamdulillah kalau semuanya baik,
Salam kangen buat mamah yah :)
Aku juga masih inget kok,
Desember dua tahun yg lalu kamu ninggalin aku,
Kamu ninggalin aku karena sifat jelekku, sampai akhirnya kamu bertemu Aldi yg mungkin jauh lebih baik dari aku,
Aku masih ingat itu, tapi aku juga tau kalau dalam hatimu masih ada aku, iya kan ?"
Muncul balasan dari Silvi.
"Aku akui memang masih ada kamu di hati aku, semua kenangan tentangmu masih kusimpan rapih dalam ingatanku,
Maaf aku meninggalkanmu,
Terimakasih kamu dulu udh sempat mengisi hari-hariku"
"Aku pun sama denganmu, semua memori tentangmu masih melekat di hatiku, sampai saat ini aku belum bisa melupakan kenangan-kenangan kita.
Tapi sekarang aku sadar, aku sudah punya Erina dan kau sudah bersama Aldi,
Aku tak ingin menyakiti Erina karena aku mencintainya, aku juga tak mau menyakiti aldi yang pasti sangat mencintaimu,
Mulai saat ini aku ingin memulai lembaran baru barsama Erina, Lembaran baru tanpamu, mungkin memang harus begitu, biarlah memori tentangmu menjadi bagian indah dalam hidupku, tapi aku yakin masa depanku dan kamu pasti jauh lebih indah, meskipun kita tak lagi bersama."
"Iya, mungkin memang harus begitu."
Masa Lalu itu seperti Spion, kita boleh sekali-kali melihat ke arahnya sebagai pelajaran agar kita lebih hati-hati, tapi ingat, yang ada di depan jauh lebih penting. Masih ada masa depan yang harus di jalani, dan yakinlah masa depan pasti akan jaih lebih indah.
mungkin sebelumnya aku terlalu sering melihat ke arah spion, tapi sekarang aku sadar, aku ingin menatap ke depan, menjalani lika liku hidup yang akan muncul di depan, aku siap menghadapi semua itu, dan aku siap menyambut kebahagiaan yang akan muncul di depanku.
--Sekian--
------------------------------ ------------------
ini fiktif loh yaaa..
lagi nyoba untuk bikin cerpen :)
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.