close
iklan 150 x 650 kanan

Kamis, 23 Januari 2014

Harus sampai di sini...

Sebenarnya ini late post, basi banget mungkin,
Pendakian pertamaku, bulan Agustus 2013, tapi baru sempat membuat catatan perjalanannya sekarang :P

Berawal dari obrolan iseng di whatsapp salah satu grup pecinta buku, tercetuslah ide untuk melakukan pendakian, dan gunung yang di pilih adalah Gunung Slamet. Gunung ini berada di Jawa Tengah, tepatnya di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang. Setelah obrolan panjang lebar di grup, akhirnya berkumpulah delapan orang yang akan melakukan pendakian tersebut. Delapan orang ini terdiri dari Aku dan Ray yang tinggal di Tangerang, Gilang di Bekasi, Irvan yang berasal dari Malang, Mas Puthut dari Tegal, Mas Bajang dan Risti berada di Jogja, dan terakhir ada Mamet yang tinggal Di Purwokerto, di kaki Gunung Slamet. Tanggal 16 Agustus akhirnya terpilih menjadi tanggal pendakian kami, dengan semangat 45 kami ingin mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi di Jawa Tengah itu.



Rencananya pada tanggal 16 Agustus kami akan berkumpul di rumah Mamet di Purwokerto. Aku sudah memesan tiket dari jauh hari untuk keberangkatan tanggal 15 Agustus. Sayangnya aku tak bisa sekereta dengan Ray karena dia terlambat memesan tiket. Beberapa hari sebelum hari H, Risti dan Mas Bajang memutuskan untuk membatalkan perjalanan mereka karena kondisi Mas Bajang yang habis kecelakaan dan Risti yang tidak mendapat izin dari orang tuanya. untuk meramaikan pendakian kami, Ray mengajak temannya yang berjumlah delapan orang, dan Mamet pun mengajak beberapa teman kampusnya. Total semuanya ada 23 orang yang akan melakukan pendakian saat itu. (wooww)

Tiket Sawunggalih Malam :D


The Day...

Hari yang ditunggu-tunggu tiba, dengan semangat aku menenteng keril segede babon menuju Stasiun Senen. Karena berbeda kereta dengan Ray, aku terpaksa berangkat sendiri. sesampainya di Stasiun ternyata banyak juga pendaki-pendaki yang sedang bersiap-siap di sana. Iseng-iseng sambil menunggu keretaku datang aku mencoba bergabung dengan salah satu rombongan pendaki berharap mereka juga mempunyai tujuan yang sama denganku, ke Gunung Slamet. Setelah saling mengenalkan diri, aku menanyakan ke mana tujuan mereka. "kita mau ke merbabu, mas," kata salah seorang pendaki. "Yaaahh, ternyata beda arah." sesalku dalam hati. Tapi tak apa,  lumayan bisa menambah teman. :D

Terdengar suara panggilan dari speaker stasiun yang menandakan keretaku telah tiba. Aku langsung berpamitan dengan rombongan Merbabu itu, dan langsung menuju gerbong keretaku. Ternyata suasana gerbong tak sesuai perkiraanku, padahal masih musim libur lebaran tapi keretanya malah sepi, serasa gerbong milik sendiri, hahahahaa..

Hampir pukul 2 dini hari kereta tiba di Stasiun Purwokerto, aku langsung mengabari Ray yang saat itu masih berada di kereta, "sebentar lagi sampai," katanya. sekitar setengah jam aku menunggu di ruang tunggu stasiun, akhirnya Ray tiba juga. Kami langsung menghubungi Mamet untuk minta dijemput ke rumahnya.

Setelah beristirahat, sarapan lalu packing ulang di rumah Mamet, pukul 9 pagi kami langsung menuju Stasiun untuk menjemput teman-teman Ray yang baru tiba pagi itu. Kami menyewa mobil pick up dari tetangga Mamet, rencananya kami akan menggunakan mobil itu sampai ke Base Camp Pendakian Bambangan, Purbalingga. Tiba di Stasiun, kami langsung menemui teman-teman Ray dan saling berkenalan sambil bernarsis ria, hehe..

Setelah Packing di rumah Mamet, keril siap diangkut :D


Narsis di stasiun :D


Selesai narsis-narsisan, pick up langsung meluncur ke arah Bambangan. Namun, di tengah perjalanan pick up terhenti karena tak kuat menanjak. Terpaksa harus mencari angkutan lain menuju Bambangan, kami akhirnya mencarter carry yang memang merupakan angkutan khusus pendaki menuju Bambangan. Tiba di basecamp pukul 11.30, kami langsung meletakan keril lalu bersiap-siap sholat jum'at. Di basecamp kami bertemu dengan rombongan teman kampus Mamet yang berjumlah 9 orang.

Pendakian di mulai pukul 2 siang. Saat yang di tunggu-tunggu tiba juga. Nanjaaaakkkkk... :D

Di awal perjalanan kami sudah disuguhi jalan beraspal menuju gerbang pendakian dengan sudut kemiringan kira-kira mencapai 450. Background gerbang pendakianpun tak luput dari jeprat-jepret kamera kami. hahaa..

Gerbang Pendakian Gunung Slamet

Jalur pendakiannya setelah memasuki gerbang pendakian belok ke kanan menyebrangi sungai kecil menuju perkebunan warga, di sini sepanjang mata memandang kita di suguhi luasnya pemandangan kebun-kebun sayur warga. Sekitar 15 menit berjalan, ternyata salah satu teman Ray (Danial), bilang kalau jerigen air yang dibawanya tertinggal di basecamp, lalu ia turun lagi, dan sebagian dari kami menunggu di perkebunan, sementara yang lainnya melanjutkan perjalanan.

Setelah Danial naik, kami langsung melanjutkan perjalanan. Ternyata cukup melelahkan juga. Kami melalui trek yang terus mendaki menuju pos 1. Di tengah perjalanan tiba-tiba kaki kananku kram, tiga orang teman Ray yang berada di dekatku langsung ikut berhenti, Bayu memberikanku balsem untuk dioleskan ke kakiku. kami beristirahat sejenak di bawah pohon. Ternyata saat itu Bayu pun sebenarnya sedang tidak enak badan, mukanya agak pucat, ia juga sempat muntah di perjalanan. Istirahat sekitar 5 menit, kami lalu melanjutkan perjalanan berempat karena teman-teman yang lain sudah duluan. Sudah agak lama berjalan, tiba-tiba gantian kaki kiriku yang kram. Aku kembali mengoleskan balsem ke kakiku. Danial, Bayu, dan Rusdi yang saat itu bersamaku terus menyemangatiku, Dengan langkah tertatih aku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba aku terjatuh karena kakiku yang tak kuat menahan beban. akhirnya kami kembali beristirahat di bawah pohon yang agak besar. Karena saat itu juga wajah bayu pun terlihat lebih pucat dari sebelumnya, Danial memutuskan untuk jalan duluan mengabarkan teman-teman yang di depan tentang nasibku dan Bayu yang sakit saat itu.

Saat beristirahat kami bertemu dengan rombongan tim sapu gunung yang saat itu sedang bertugas untuk bersih gunung di Gunung Slamet. Mereka juga terus menyemangatiku, "ayo, pos 1 sebentar lagi sampai, di sana kamu bisa mendirikan tenda, pendakiannya dilanjut besok pagi saja kalau sudah tidak kuat," kata salah satu tim sapu gunung. Aku mencoba memupuk kembali semangatku agar bisa melanjutkan perjalanan. Perlahan-lahan kami berjalan. semakin lama semakin terasa berat. Langkahku pun terhenti lagi. Sampai akhirnya Danial menghampiri kami lagi dan membawakan kerilku. Aku mencoba berjalan lagi. Pukul 5 sore akhirnya kami tiba di pos 1. Aku dan Bayu langsung merebahkan tubuh di shelter yang sudah tersedia, sementara Rusdi dan Danial mendirikan tenda. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sana. Pos 1 merupakan lahan terbuka yang cukup untuk 3-4 tenda, kalau tidak mau repot membuka tenda, pendaki juga bisa bermalam di dalam shelter yang memang sudah di sediakan untuk pendaki.

Di pos 1 kami bertemu dengan banyak pendaki lain yang baru turun, salah satunya adalah rombongan pendaki dari Undip, Semarang. Danial menanyakan kondisi di atas seperti apa, "di atas rame banget, sampe susah dapat space untuk mendirikan tenda," sahut salah satu dari rombongan tersebut. "event 17an memang biasanya selalu ramai," tambahnya. Mendengar cerita-cerita dari pendaki lain yang baru turun, semangat kami pun menurun.

Menghabiskan malam di tenda, kami menghabiskan waktu mengobrol, menghangatkan suasana sambil masak untuk makan malam. Danial menawariku ikut pendakian ke Gunung Papandaya tanggal 30 Agustus. Saat itu aku belum tertarik, karena aku masih memikirkan 'Puncak Slamet' di benakku. Malam semakin larut, kamipun akhirnya terlelap tidur.

Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari, aku dibangunkan oleh udara dingin yang serasa menusuk kulit. brrrr.. Aku langsung keluar dari tenda dan di sambut oleh pemandangan langit yang penuh bintang, keren bangeett. paginya setelah sarapan, aku dan Danial mencoba untuk ke atas melihat jalur yang menuju Pos 2. Sakit di kakiku sudah lumayan berkurang. Lalu kami kembali ke tenda dan berunding apakah akan melanjutkan perjalanan ke puncak atau kembali ke casecamp. Agak lama berunding, ternyata akhirnya kami memutuskan untuk turun duluan dan menunggu rombongan yang lain di basecamp. "Puncak gunung gak ke mana-mana, lain kali kita bisa balik lagi dengan kondisi yang lebih fit." kata Danial menghibur.

Sepertinya memang harus sampai di situ,  pendakian pertamaku berubah menjadi kemping ceria di Pos 1 Gunung Slamet, hahaa..

Sebelum turun kami memanfaatkan cuaca yang sedang cerah untuk bernarsis ria.. :D


Ceraahhhhh... :D

walau gak sampe puncak tetap senyumm :)

Narsis sendiri :P
Setelah puas berfoto kami langsung packing semua peralatan dan bersiap untuk kembali ke basecamp. Sepanjang perjalanan turun kami di temani kabut. Semakin lama semakin tebal, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, dan tetep... narsiss.. hahaha...

di tengah kabut

Setelah satu setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di basecamp, ternyata perjalanan turun lebih cepat daripada naiknya. Padahal sebelumnya kami butuh waktu sekitar 3 jam untuk naik, hehe..

Ternyata pendakian pertama di Gunung Slamet harus sampai di sini saja, Pos 1, Pondok Gemirung. Tapi jangan salah, ini baru awal dari cerita pendakianku. Terimakasih untuk teman-teman dari #LoveBooksALotID yang udah bikin trip pendakian ke Slamet. Bersyukur juga bisa bertemu Danial di Slamet, karena dari dia aku bisa terus mendaki gunung. :)

Thanks a Lot, Friend :)

Dan akhirnya, Akhir tahun 2013 kemarin 'PR Puncak Slamet'nya terselesaikan, berhasil summit tanggal 27Desember2013, Tunggu cerita selanjutnyaaaa.. :D

estimasi biaya:
Tiket kereta Senen-Purwokerto: Rp 75.000 (ini harga libur lebaran, makanya mahal)
Sewa pick up dari rumah Mamet (daerah KarangLewas): Rp 150.000 (dibagi 15orang)
Sewa carry sampe bambangan: Rp 150.000 (dibagi 15orang)
Bus Purwokerto-Tangerang: Rp 120.000 (harga pas puncak arus balik lebaran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar