close
iklan 150 x 650 kanan

Jumat, 25 April 2014

JumaTulis #5 Ketiak - Di Bawah Ketiak

"Heh, mau kemana lo?!  Sini dulu!"

"Ampun, Bang, ampuunn.."

"keluarin duit lo. Buruan!!"

"Cuma ini, Bang, gak ada lagi," kata Ical ketakutan saat dipalak Paijo, preman di kampungnya.

Paijo langsung merampas semua uang Ical dan menyuruhnya pergi. Paijo memang terkenal sebagai preman bengis di kampungnya. Kerjaannya setiap hari hanyalah nongkrong di warung kopi dan memalak anak-anak muda yang kebetulan lewat.



Tiba-tiba dari kejauhan datanglah Wati, anak Pak RT, bidadari yang selama ini dikejar-kejar Paijo. Di balik tampang bengisnya, ternyata Paijo bisa juga jatuh cinta. Namun, ia takut Wati akan menolak cintanya.

Suatu hari, Paijo memberanikan diri datang ke rumah Pak RT untuk menemui Wati.

"Assalamu'alaikum, Pak RT." Paijo yang melihat Pak RT di teras rumah langsung mengucapkan salam.

"Wa'alaikumsalam. Eh, kamu toh, Jo. Ada apa? Tumben datang ke mari." Jawab Pak RT ramah.

"Hmm.. anu.. hmm.. Watinya ada, Pak?"

"Ouh, ada. Ada. Sebentar ya, saya panggilkan dulu."

"Watiiii... Watiii.... Ada tamu.. "

"Iya, Bah, sebentar dulu, " jawab Wati dari dalam rumahnya.

Tak lama kemudian bidadari idaman Paijo pun muncul dari balik pintu rumah Pak RT. Daster motif bunga berwarna merah itu sangat cocok di tubuh Wati. Paijo semakin terpesona melihat Wati yang baru muncul di ambang pintu.

"Halo Wati, makin cantik aja nih," goda Paijo.

Wati tersenyum datar mengetahui kalau ternyata Paijo yanh datang mencari dirinya. Wati ternyata takut pada Paijo. Otot-otot kekar dan tato yang menghiasi sekujur tubuh Paijo membuat Wati ngeri.

"Abah pergi sebentar yah, kamu temani Paijo dulu, jangan lupa siapkan minumnya juga" ucap Pak RT kepada Wati

Wati hanya mengangguk malas mengiyakan perintah Pak RT. Beberapa menit berselang, 2 cangkir teh hangat sudah tersedia di meja di teras rumah Pak RT. Wati yang agak tekut kepada Paijo lebih memilih duduk menjauh di seberang Paijo.

"Kok jauh banget duduknya, Ti?"

"Gak apa apa kok, Bang,"

"Jangan panggil Bang dong, Paijo sajaa. " Paijo melemparkan senyum yang ia anggap paling manis untuk Wati.

"Mmm.. iya, Bang.. eh.. Paijo,"

"Sebenernya aku ke sini mau mengutarakan sesuatu,"

".... "

"Aku suka kamu, Ti, mau gak jadi pacarku?" Blak-blakan Paijo mengutarakan isi hatinya.

"Mmm.. anu, Bang. Eh, Jo, mmm.." Wati terbata.

"Kenapa, Ti? Kamu mau jadi pacar aku?"

"Maaf, aku gak mau pacaran dulu, mesti fokus kuliah kata Abah," Alasan klise yang diutarakan Wati untuk menolak Paijo.

"Oh, gitu, hmm.. Iya, gak apa-apa kalau memang begitu." Ada nada kecewa dari mulut Paijo.

Mendapat penolakan secara langsung dari Wati, Paijo sangat kecewa. Ia langsung berpamitan kepada Wati, tak ingin terlihat lemah di hadapan Wati. Ia bergegas pulang ke rumahnya.

***

"Emaakkkk.... "

Paijo langsung menghampiri Ibunya yang sedang tertidur di kamarnya.

"Maak, Wati menolak cintaku, Mak!" Rengek Paijo sambil ndusel-ndusel di bawah ketiak Ibunya.

~end~

*Cerita ini diikutsertakan sebagai hukuman keterlambatan untuk #JumaTulis minggu ke 5 dengan tema "Ketiak"

Salam mengslee.. :P


5 komentar:

  1. #PrayForPaijo tulisannya mirip teman saya yah, dia sih bukan ditolak, tapi ndak direspon. Sesuatu yah... *Tersyahrini

    BalasHapus
  2. mantep ceritanya, menyentuh dan bermanfaat. makasih gan ! jasa desain grafis di bogor

    BalasHapus
  3. Saya bekerja sebagai SPG produk kosmetik terbaik di indonesia, kebetulan lagi browsing dan ketemu blog ini dan artikelnya memberikan banyak manfaat. Makasih ya.

    BalasHapus