"ini di mana yah ? aahh, nyasar lagi nih pasti
munculnya."
Aku terus melangkah. sekelilingku gelap. Jarak pandanganku
terbatas hanya beberapa meter ke depan. Sampai akhirnya aku menemukan pintu
kayu itu. Pintu yang sudah sering ku kunjungi. Warnanya coklat pekat, alur
serat kayunya tergambar jelas. aku meraba gagang pintu berwarna kuning keemasan
yang menempel di badan pintu, mencoba membukanya. Pintu terbuka. Aku melihat ke
dalam ruangan, pandanganku masih kabur. Perlahan ku langkahkan kaki ke dalam ruangan,
satu persatu benda-benda di ruangan itu mulai terlihat jelas. ranjang ukuran single bed yang terletak di sudut ruangan,
ada sebuah lemari kayu berukuran sedang dengan tempelan-tempelan foto terletak
di seberang ranjang, dan di sampingnya ada sebuah meja belajar yang di
atasnya banyak buku-buku berjejer rapih. Ada seseorang di situ. Dia sedang asik
dengan laptopnya. Ya, itu dia, Reina. Seperti malam-malam sebelumnya, aku
datang ke kamarnya hanya untuk mengunjunginya, sekadar memberinya semangat untuk
mengerjakan skripsinya.
“andai dia bisa melihat gue, andai dia bisa denger kalimat-kalimat
penyemangat dari gue, aahh, sudahlah, mungkin begini lebih baik, yang penting
gue bisa nyemangatin dia tiap malem.”
Aku
berjalan ke arah tempat Reina duduk. Dalam kondisi seperti ini pun dia masih
terlihat anggun, rambutnya digelung asal hingga bagian tengkuknya terlihat. Dia
memakai piyama bergambar teddy bear
kesukaannya. Tangannya lincah menari di atas keyboard laptop, sambil sesekali tangan kirinya meraih cangkir kopi
di samping laptop. Kopi hitam kental yang biasa menemaninya begadang tiap malam
itu sudah hampir tandas. Aku menghampirinya lebih dekat. Kini aku sudah berada
tepat di samping Reina, dengan agak ragu aku mencoba mengusap kepalanya. “aaahh,,
tidak bisa, aku bahkan tak bisa menyentuhnya,” keluhku. Dalam wujudku yang
seperti ini aku hanya bisa melihatnya, tanpa ada kontak fisik, bahkan untuk
sekadar menyapanya pun aku tak bisa.
Zleepp.
Tiba-tiba
seperti ada yang menarik tubuhku. Aku terlempar ke belakang. Semuanya kini
menjadi gelap, tak ada cahaya. Beberapa detik kemudian aku tersadar, Adikku membangunkanku
sehingga tubuh astralku langsung tertarik masuk kembali ke ragaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar