"Astagaaaa.. Udah jam setengah satu kurang sepuluh
menit!" Pekik Robby panik.
"Haduh, gimana nih, kira2 bisa gak yah nyampe jam
12.50 di sana?" Pikirnya dalam hati
Ibu Dini –dosen psikologi perkembangan- sepertinya sedang
bersemangat mengajar, kelas yang seharusnya selesai pukul 12 siang itu ternyata
tetap berlanjut hingga jarum di jam tangan Robby sudah menunjukkan pukul 12.30.
Robby yang sudah gelisah sejak tadi menunggu Bu Dini keluar kelas langsung
menyambar tas dan buku dari mejanya kemudian bergegas keluar kelas saat Bu Dini
pergi. Ia berlari menuju lift dengan tangannya yang masih sibuk memasukkan
buku-bukunya ke dalam tas.
"Aduhh, mana gue belom sempet beli bekal.. Aah,
nanti aja di sana deh," gumamnya setibanya di lobby kampus sambil
jalan cepat meninggalkan area kampusnya.
Robby berjalan menuju halte untuk menunggu bus. Sialnya,
setelah sampai halte ternyata tidak ada satupun bus incaran Robby yang lewat.
Semakin panik, ia memutar otak, memikirkan cara lain untuk sampai ke tempat
tujuannya.
"Oh iyaa, naik angkot aja, kalau gak salah angkot
itu juga menuju ke sana." Tanpa pikir panjang Robby langsung menaiki mobil
kijang berwarna biru muda yang sedang mencari penumpang tidak jauh dari halte.
10 menit berlalu..
"Astagaaa.. Ni angkot masih aja ngetem!" Robby
semakin panik.
Tak lama kemudian mobil yg ditumpangin Robby pun terisi
penuh, sang sopir langsung memacu kendaraannya mengarungi sepanjang jalan
salemba raya. Sebelum sampai di fly over atrium Robby merasakan ada
kejanggalan.
"Bang, gak lewat stasiun?" tanya Robby pada
sopir angkot.
“Enggak bos, ini arahnya lurus ke ancol,”
"What?? Bang kiri bang!" teriak Robby dari
dalam mobil.
Robby turun di depan Mall Atrium Senen yang berjarak
kurang lebih 200meter dari tujuannya –stasiun kereta api senen. Robby melirik
jamnya lagi.
"Mampus gue! Kurang lima menit dari jadwal
keberangkatan kereta menuju Jogja," sahut Robby panik.
Robby langsung berlari menuju stasiun seperti maling yang
sedang di kejar-kejar warga sekampung. Keringat sebesar biji jagung mulai
bercucuran. Ia tak lagi menghiraukan lelahnya.
"Sampaiii!" pekik Robby saat tiba di depan
pintu masuk penumpang.
Dengan cepat ia meraih tas dari punggungnya dan langsung
mencari tiket yang sudah dibelinya sejak dua hari yang lalu, tak lupa juga ia
mengeluarkan KTP dari dompet untuk pemeriksaan di pintu masuk. Ia menyerahkan
KTP dan Tiket kepada penjaga gerbang dan langsung berlari menuju ruang tunggu
penumpang.
Sesampainya di ruang tunggu penumpang, Robby tertunduk
lesu melihat kereta yang baru saja meninggalkan stasiun. Lemas. Robby rebah di
kursi ruang tunggu. Masih tak percaya. Ia kembali mengecek tiketnya.
"Kereta Progo, menuju Jogja, berangkat pukul
12.50," bacanya dalam hati.
Kemudian ia melirik jam tangannya yang ternyata sudah
menunjukkan pukul 12 lebih 55 menit. Robby masih tak mengira, niatnya berlibur
ke Jogja batal. Ia memejamkan mata, membayangkan liburannya yang sudah
diimpikan sejak lama. Namun, beberapa saat kemudian Robby tersenyum. Menyadari
kebodohannya. Lalu mengecek handphone untuk memastikan apa yang dipikirkannya.
"Astagaaa.. Gue lupa, jam tangan ini kan kelebihan
20 menit," gumamnya dalam hati sambil tertawa menyadari ke bodohannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar